Unit indie pop Indonesia, Joko in Berlin, kembali menghadirkan karya baru di pengujung tahun 2020. Pada Desember lalu, kuartet pop ini merilis single baru dengan judul Vermillion Sky. Karya ini tercatat menjadi single ke-10 dari Joko in Berlin.
Lagu ini ditulis oleh Fran Rabit yang digubah oleh Mellita Sarah dan Popo Fauza. Melalui lagu ini, Joko in Berlin menjadi sebuah aksentuasi dari sentuhan keajaiban Popo Fauza dalam aransemennya, Vermillion Sky menampilkan karya terbaik tentang kehancuran dari perang nuklir.
Lagu Joko in Berlin kali ini mengisahkan tentang warna langit di detik-detik terakhir saat terjadi sebuah ledakan nuklir. Perumpamaan tentang orang-orang yang suka menghabiskan waktu bermalas-malasan menghabiskan waktu melakukan kegiatan yang tidak produktif.
Melalui lagu ini, Joko in Berlin menyentil pribadi kita yang sering tidak menyadari bahwa sesungguhnya kita sudah menghabiskan waktu kita. Ketika menyadari bahwa hal itu dilakukan, Joko in Berlin mengingatkan bahwa waktu kita sudah habis.
Gone with remain to trace
I'm take
Washed away my life decay
I'm awaken
Semua hal yang terjadi berhenti dan berakhir dalam sepersekian detik. Vermillion Sky dari Joko in Berlin adalah tentang sepersekian detik yang hanya bisa kita jalani, hari dimana mereka yang berkuasa memutuskan untuk meledakkan bom nuklir di atas kepala kita.
Vermilion Sky sendiri diambil sebagai judul oleh Joko in Berlin untuk mewakili keindahan langit nuklir yang meledak, warna vermillion, menonjolkan pemandangan yang indah untuk membuat kagum orang-orang yang putus asa dalam sepersekian detik lagi dari malapetaka yang akan segera terjadi.
Lirik ‘Vermilion Sky’ dari Joko in Berlin
Glowing sharp
Clouding thick
Blinking rapid
Glowing sharp
Clouding thick
Blinking rapid
Breaching through my rusty fence
I surrender
Breaking in my last defense
Cease my case
haaaaaaaaaa
haaaaaaaaaa
Gone with no remain to trace
I’m taken
Washed away my life decay
I’m awaken
Explosion in the sky
God don’t know why
Glowing sharp
Clouding thick
Blinking rapid
Vermillion in the sky
Falling far from high
Showering
Bright an ending
Muffled my cry
Shining in her prime
Elaborate their crime
Facing straight into the flame
I’m stricken
Burn the atoms into place
I’m shapeless
Explosion in the sky
Wash away my cry
Someone help me
Care to save me
Left out to die
Vermillion in the sky
Someone tell me why
Such a beauty
Delicately
Taking my life
Living in my prime
Cleaning out my crime
I see the sky light up
The flames soaring on blue sky
Found out the attic’s falling down
So close to my head above
Watching the smokes the fumes growling cloud
(explosion in the sky, not my suicide)
Above my head, blink a million a second flash to clash
(victim of genocide tell me my crime)
Above us all
(falling far from high)
All that’s around
To fornicate not a time, to take a breath
(showering,bright an ending, muffled my crime)
To berate can you relate
(shining in her prime, elaborate their crime)
To ashes and dust, not a second to rush, what meant to rust
(disabling my time, time that’s far from high)
A stroke of brush
Incinerate, exonerate, what’s been done
I’m helpless
Mine was taken from my prime.
Sekilas Joko in Berlin
Joko in Berlin merupakan kuartet pop asal Jakarta yang beranggotakan Mellita Sie (vokalis), Kelana Halim (gitar), Fran Rabit (bass), Popo Fauza (keyboard) dan Aditya Subakti (drum). Popo menjelaskan dalam siaran persnya nama bandnya itu punya makna khusus. Joko menurutnya merepresentasikan domisili dan background band di Asia, khususnya di Pulau Jawa.
Dalam dua tiga perjalanannya, Joko in Berlin mengaku terinsipirasi dari penyanyi asal Islandia, Bjork. Dengan mengusung sound lawas juga mereka sajikan di dalam karyanya demi hasil yang lebih kaya dan berbeda.
"Kalau dari segi musik, Joko in Berlin ada empat komposer lagu. Dari lagu dasar akan dilempar ke saya, untuk diaransemen. Setelah itu diaransemen lagi dan diisi vokal dan band-nya," kata Popo.
"Kami memilih aransemen dengan menggabungkan sound era 80-an dan 90-an. Karena kami ingin memadukan musik yang kekinian dengan unsur cinematic dan unik untuk generasi milenial," imbuhnya.
"Untuk tema lirik lagunya, Joko in Berlin lebih menuju ke hal sehari-hari yang dilihat dari perspektif psikologi. Ada juga berterima kasih dengan anugerah indahnya alam, menghadapi delusi dan mimpi," tutup Popo.
Di tahun 2020, Joko in Berlin cukup aktif melahirkan karya baru. Sebelum Vermilion Sky, Joko in Berlin sudah melepas single berjudul Pesawat Kertas pada Oktober lalu. Single ini merupakan lagu kedua dengan Bahasa Indonesia yang mereka tulis, serta menjadi single keenam Joko in Berlin.
Sama seperti karya Joko in Berlin sebelumnya, Pesawat Kertas juga punya pesan filosofis yang bercerita tentang perjalanan sebuah pesawat yang terbuat dari lipatan kertas. Suatu penerbangan di mana ia tidak memiliki kontrol, terbang lepas dengan hanya mengandalkan tiupan angin.
Pesawat Kertas adalah sebuah lagu dari Joko in Berlin yang mengalir seraya mengundang pendengar agar menempatkan diri mereka membayangkan petualangan bersama sebuah pesawat kertas, merasakan bagaimana ia meluncur di luar kendali, bagaimana ia bisa terbang kemana saja, menjulang tinggi, tak sekadar sebuah kertas.